I.
Analisis Data
Bagian-bagian multimeter
1.
Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (ZeroAdjust Screw), berfungsi
untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan
atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2.
Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero(Zero Ohm Adjust Knob),
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar
(Ohm), test lead + Wpemilih diputar
pada posisi (merah dihubungkan ke test lead
– (hitam), kemudian tombol pengatur diputar ke kiri atau ke kanan Wkedudukan 0 sehingga menunjuk pada .Wkedudukan 0
3.
Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untukmemilih posisi pengukuran
dan batas ukurannya.Multimeter biasanya terdiri dari empat posisipengukuran,
yaitu :
4.
(Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai WPosisi ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10;Wdan K
5.
Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur :10; 50; 250; 500; dan 1000.
6.
Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur :10; 50; 250; 500; dan 1000.
7.
Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai miliamperemeter
DC yang terdiri daritiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.
8.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipemultimeter yang satu dengan
yang lain batas ukurannyabelum tentu sama.
9.
Terminal), berfungsi sebagai WLubang kutub + (V A tempat masuknya test lead kutub+ yang berwarna merah.
10. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai
tempat masuknya test lead kutub - yangberwarna hitam.
11. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch),berfungsi
untuk memilih polaritas DC atau AC.
12. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen
multimeter
13. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi sebagai
penunjuk besaran yang diukur.
14. Skala (Scale),
berfungsi sebagai skala pembacaan
Uji
resistansi
Logam tembaga
Pengukuran ke
|
Nilai
resistansi (R)
|
Devisiasi (dR)
|
Kuadrat devisiasi (
|
1
|
0.0025
|
+0,00016
|
2,56 x
|
2
|
0,00275
|
-0,00009
|
8,1 x
|
3
|
0,00275
|
-0,00009
|
8,1 x
|
n = 3
|
=0,008
|
|
= 4,18 x
|
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa:
=
DR=
Sehingga nilai terukur:
R=
±DR= 0,00266 ±
0,0000457 W
Dan ketelitiannya:
100% x
%=100% x
%=82,81%
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa tembaga
adalah bahan yang mempunyai resistansi sebesar 0,00266
±
0,0000457 W .
Secara teori pada rangkaian tertutup, tegangan berbanding lurus dengan arus dan
hambatan, jadi semakin besar hambatan maka arus yang mengalir semakin kecil.
Dan tembaga merupakan bahan yang mempunyai daya hantar listrik yang tinggi.
Sehingga tembaga dapat digolongkan bahan konduktor.
Kayu kering
Dari hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan
bahwa kayu kering mempunyai resistansi
yang tak terhingga besarnya. Sehingga kayu kering merupakan bahan yang tidak
dapat menghantarkan daya listrik , dan dapat dikatakan bahwa kayu kering
merupakan bahan isolator.
Logam
alumunium
Pengukuran
ke
|
Nilai
resistansi(R)
|
Devisiasi
(dR)
|
Kuadrat
devisiasi
|
1
|
0,0035
|
+0,00008
|
0,64
x
|
2
|
0,00375
|
-0,00017
|
2,89
x
|
3
|
0,0035
|
+0.00008
|
0,64
x
|
n
=3
|
0,01075
|
|
4,17 x
|
Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi:
=
DR=
Sehingga nilai terukur:
Dan ketelitianya:
100% x
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa
alumunium adalah bahan yang mempunyai resistansi sebesar
±
W. Secara teori pada rangkaian tertutup,
tegangan berbanding lurus dengan arus dan hambatan, jadi semakin besar hambatan
maka arus yang mengalir semakin kecil. Dan alumunium merupakan bahan yang
mempunyai daya hantar listrik yang cukup tinggi. Sehingga tembaga dapat
digolongkan bahan konduktor.
Dari tiga bahan diatas, daya hantar tertinggi
pada tembaga, sedangkan kayu kering adalah bahan yang tidak mempunyai daya
hantar.
Uji tegangan dan pengukuran skala
Pengukuran
tegangan DC (2 battery @1,5volt)
Pengukuran ke
|
Skala tegangan
|
Nilai
tegangan(V)
|
Devisiasi(dV)
|
Kuadrat devisiasi
|
1
|
Skala
10
|
2,4
|
-0,2
|
0.04
|
2
|
2,4
|
-0,2
|
0,04
|
3
|
2,4
|
-0,2
|
0,04
|
4
|
Skala
50
|
2
|
+0,2
|
0,04
|
5
|
2
|
+0,2
|
0,04
|
6
|
2
|
+0,2
|
0,04
|
n=6
|
|
13,2
|
|
0,24
|
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa:
DV=
=0,219
Sehingga nilai
terukur:
V=
DV =2,2 ± 0,219 V
Dan ketelitiannya:
100% x
Pengukuran
tegangan AC (catu daya tegangan 9 V)
Pengukuran ke
|
Skala
tegangan
|
Nilai tegangan(V)
|
Devisiasi(dV)
|
Kuadrat devisiasi
|
1
|
Skala
10
|
9
|
-0,3
|
0.09
|
2
|
9
|
-0,3
|
0,09
|
3
|
9,2
|
-1
|
1
|
4
|
Skala
50
|
9
|
-0,3
|
0,09
|
5
|
8
|
+0,7
|
0,49
|
6
|
8
|
+0,7
|
0,40
|
n=6
|
|
52,2
|
|
4,68
|
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa:
DV=
=0,967
Sehingga nilai
terukur:
V=
DV = 8,7 ± 0,967V
Dan ketelitiannya:
100% x
Secara teori
perbedaan skala pada pengokuran tegangan AC maupun DC tidak menjadikan
perbedaan hasil pengukuran tegangan, selama
besar sumber tegangan yang digunakan sama. Tetapi pada hasil pengukuran
diatas ditemukan adanya perbedaan. Hal ini dikarenakan :
1. Kurang cermat dalam
pembacaan hasil ukur
2. Kurangnya kalibrasi
pada multimeter yang digunakan
3. Adanya hambatan pada
bahan kabel yang digunakan
4. Tidak stabilnya arus
yang mengalir